Tidur Berjalan ? Itu Somnambulisme dalam Psikologi


Pernahkah anda bangun pada tempat berbeda pada saat anda tidur? Mungkinkah anda di pindah oleh makhluk halus? Tunggu dulu, mungkin anda tidur sambil berjalan.
Tidur sambil berjalan atau sleep walker merupakan gangguan tidur yang dinamakan Somnambulisme pada ilmu psikologi. Definisi atau pengertian dari Somnambulisme (dalam, saputra 2012) merupakan keaadan ketika tengah tertidur, tetapi melakukan kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita seringkali duduk dan melakukan tindakan motorik, misalnya berjalan, berpakaian, pergi kekamar mandi, berbicara, atau mengemudikan kendaraan.

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) III Tahun 1995, somnambulisme memiliki kode diagnostik F51.3. Gambaran di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
1.   Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah).

2.   Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk memengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.

3.  Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi.

4.    Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat.

5.    Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugue Disosiatif (F.44.1).

Penyebab Somnambulisme

Meskipun sepertiga kasus ini memiliki dasar keluarga (familial basis), penyebab pastinya belum diketahui (Fauci A.S., et.al., 2008). Namun menurut Ackroyd G (2007) ada empat faktor yang menjadi penyebab, yaitu:

1. Genetika
Somnambulisme lebih sering terjadi pada kembar monozigot dan sepuluh kali lebih sering didapatkan jika suatu first-degree relative memiliki riwayat somnambulisme. Dilaporkan pula adanya peningkatan frekuensi alel DQB1*04 dan *05. Gen-gen DQB1 juga terlibat di dalam narcolepsy dan gangguan lain dari pengendalian motorik selama tidur, misalnya: gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM behavior disorder).

2. Lingkungan
Beberapa kondisi yang merupakan penyebab somnambulisme antara lain:
a.       Kurang tidur (sleep deprivation)
b.      Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep schedules)
c.       Demam (fever)
d.      Stres atau tekanan (stress)
e.       Kekurangan (deficiency) magnesium
f.       Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya:
i)        alkohol,
ii)      hipnotik/sedative (misal: Zolpidem),
iii)    antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline),
iv)    neuroleptik (misal: lithium, reboxetine),
v)      minor tranquilizers,
vi)    stimulan,
vii)  antibiotik (misal: fluoroquinolone),
viii)   medikasi anti-Parkinson (misal: levodopa),
ix)    antikonvulsan (misal: topiramate),
x)      antihistamin.
g.      Fisiologis
Panjang dan kedalaman SWS (slow wave sleep), yang lebih besar pada masa anak-anak awal (young children), merupakan faktor yang meningkatkan frekuensi parasomnia pada anak-anak. Kehamilan dan menstruasi meningkatkan frekuensi pasien dengan parasomnia (salah satunya adalah: somnambulisme)
h.      Berhubungan dengan Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan somnambulisme antara lain:
i.        Aritmia
ii.      Chronic paroxysmal hemicranias
iii.    Migraine
iv.    Fever
v.      Gastroesophageal reflux
vi.    Nocturnal asthma
vii.  Nocturnal seizures
viii.Obstructive sleep apnea
ix.    Gangguan psikiatris, seperti: posttraumatic stress disorder, panic attack, dan dissociative states.
x.      Hipertiroidisme

Pemicu
Menurut Prof.DR.dr. S.M. Lumbantobing, Sp.S(K), Sp.KJ. (2004), somnambulisme dapat dipicu oleh berbagai keadaan, seperti:
1. Deprivasi (kurang) tidur.
2. Demam.
3. Stres.
4. Medikasi (misalnya: fenotiazin, kloralhidrat, lithium).
5. Gangguan lain yang menyebabkan terbangun dari tidur (arousal),
    misalnya: OSA (Obstructive Sleep Apnea), kandung kencing
    penuh, suara keras.

Patofisiologi (Riwayat Timbulnya Penyakit)
Sleepwalkers memiliki ketidaknormalan pada pengaturan slow wave sleep. Disosiasi yang terjadi diantara tidurnya tubuh dan akal muncul dari aktivasi jalur thalamocingulate dengan persisting deactivation dari sistem thalamocortical arousal lainnya.

Epidemiologi
Menurut Lavie P, Pillar G, Malhotra A (2002): Prevalensi Saat usia puncak 4-8 tahun prevalensinya 20%. Sumber lain mengatakan 15-30%. Saat usia dewasa prevalensinya 3-4 %. Sumber lain mengatakan 1-4%. Rasio pria:wanita = 1:1.

Menurut Ackroyd G (2007), Di Swedia Prevalensi setahunnya 6-17%. Insiden: 40%.

Di UK Dari hasil survey pada orang dewasa di United Kingdom, 2,2% dilaporkan merasakan teror di malam hari. Dua persen dinyatakan somnambulisme, dan 4,2% dilaporkan dengan confusional arousals.

Aduh, saya juga kurang paham dengan kata – kata diatas *pusing*

Kebanyakan dari penderita somnambulisme adalah anak-anak, Menurut sebuah studi Finlandia yang diterbitkan pada tahun 1997, jumlah penderita anak-anak yang berjalan dalam tidur lebih banyak dibandingkan penderita dewasa. Studi tersebut mencatat 6,9% penderita anak-anak perempuan dan 5,7% penderita anak-anak laki-laki, 3,1% untuk penderita wanita dewasa dan 3,9% untuk penderita pria dewasa.

Hebatnya penderita somnambulisme ini tidak merasakan sakit ketika mereka sedang “kumat” mereka akan tetep berjalan walau pun terbentur atau jatuh, maka disarankan lokasi tidur dari penderita somnambulisme harus terhindar dari benda tajam dan membahayakan, bila kita mendapati keluarga atau sahabat kita sedang tidur sambil berjalan jangan segan untuk membangunkannya, ketika bangun penderita pasti kebingungan (sedang apa dan dimana) dan itu adalah hal wajar.

Cara Penyembuhan Somnambulisme
Penyembuhan bisa dilakukan dengan Teknik Relaksasi, mental imagenary, dan anticipatory awakening. Metode tersebut adalah pengobatan jangka panjang yang umum digunakan bagi orang-orang dengan gangguan tidur sambil berjalan atau somnambulisme. Teknik relaksasi dan mental imagenary adalah metoda paling efektif jika dilakukan dengan bantuan perilaku terapis atau ahli hipnotis yang berpengalaman. Anticipatory awakening adalah metoda yang membangunkan anak atau seseorang sekitar 15-20 menit sebelum sleepwalking biasa  terjadi dan menjaga mereka agar tetap terbangun selama durasi sleepwalking.
Share:

0 komentar:

Post a Comment